“Membaca dan Menulis bukan seruan saya, tetapi seruan Tuhan, maka ayo kita membaca dan menulis.”
Buku ini merupakan cermin refleksi hidup – sebagai perempuan, sebagai pendidik, terlebih sebagai ibu. Dalam surat-suratnya, Kartini menyuarakan harapan tentang perempuan yang cerdas, berpendidikan, namun tetap menjunjung tinggi nilai-nilai luhur sebagai tiang keluarga. Ia tidak menolak kodrat perempuan, tetapi menolak kebodohan dan penindasan terhadap peremuan yang di framing atas nama adat.
Lewat buku ini, saya mengajak pembaca mengenal Kartini lebih dalam, bukan hanya sebagai ikon emansipasi, tetapi sebagai perempuan yang gelisah karena kecintaannya terhadap ilmu, pendidikan dan masa depan bangsanya. Kita akan menelusuri makna dari surat yang ia tulis kepada sahabat-sahabat korespondensinya di Eropa. Surat-surat yang menyimpan kegelisahan, impian, bahkan kritik terhadap ketimpangan budaya saat itu.
Kartini tidak pernah bermimpi perempuan harus melawan laki-laki. Ia hanya ingin perempuan memiliki pilihan, memahami perannya di ranah domestik sebagai ibu dan istri yang penuh kehormatan, namun juga tetap memiliki ruang untuk belajar, berpikir, dan berkontribusi bagi masyarakat.
Emansipasi dalam pandangan Kartini, bukan pem-berontakan, tetapi merupakan bentuk penghargaan atas martabat diri sebagai perempuan.
Kertas: Book Paper
Ukuran: A5 (14 x 20) cm
Halaman: viii + 74 halaman
Soft Cover
Penulis: S. Nurjanah J
Editor: Baktiar Widiana
Warna: black/white
Pembatas Buku
Wrapping Buku